Sejarah Suku Batak
dan
Hubungannya dengan
Roro Kidul
Pemandangan di sekitar Danau Toba, Sumatra Utara, memang teramat
memanjakan mata. Namun di balik keindahan itu, perbukitan sekeliling
wilayah yang menjadi andalan pariwisata Provinsi Sumatra Utara ini
menyimpan kisah tersendiri bagi etnis Batak. Tepatnya di perbukitan
Pusuk Buhit di Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir.
Berdasarkan
legenda,Pusuk Buhit merupakan asal mula leluhur orang Batak. Syahdan
pada abad XII keturunan pertama kali orang Batak yang bernama Siraja
Batak singgah di wilayah Toba Samosir. Siraja Batak memiliki anak yang
bernama Guru Tatea Bulan dan Raja Isumbaon. Daftar Silsilah atau garis
keturunan menunjukkan, Guru Tatea Bulan juga merupakan leluhur tua dari
Raja Sisingamangaraja.
Bertolak dari silsilah situlah, saban
tahun di bulan tertentu sesuai penanggalan setempat, sebagian orang
Batak yang percaya akan keberadaan leluhurnya menapak tilas di Pusuk
Buhit. Napak tilas ini dianggap penting buat mengingat kembali
asal-muasal mereka.
Untuk menuju rumah persembahan Guru Tatea
Bulan, orang Batak yang tinggal di perantauan maupun penduduk setempat
harus menapaki ketinggian bukit yang mencapai 1.000-1.800 meter di atas
permukaan laut dengan berjalan kaki. Walau cukup melelahkan, mereka
menganggap menelusuri jejak leluhur adalah suatu kebanggaan tersendiri.
Sebagian
warga suku Batak menganggap Guru Tatea Bulan adalah leluhur yang suci.
Berada di rumah persembahan Guru Tatea Bulan diibaratkan sebagai sebuah
pertemuan antara nenek moyang dan para cucunya.
Diriwayatkan,
Guru Tatea Bulan mempunyai empat anak, yakni Saribu Raja, Limbong
Maulana, Sagala Raja, Malau Raja, dan Raja Uti. Di puncak Pusuk Buhit,
patung-patung perlambang silsilah Guru Tatea Bulan dan anak-anaknya
tersebar. Terkadang, para peziarah menghaturkan doa di hadapan patung
persembahan. Melalui patung Guru Tatea Bulan dan Raja Uti, doa
dipanjatkan kepada Mulajadi Na bolon yang dipercaya sebagai Tuhan dalam
kepercayaan leluhur orang Batak. Maka, ziarah dan berdoa adalah kegiatan
awal sebelum mereka menggelar ritual Tatea Bulan, sebuah upacara adat
untuk menghormati sang leluhur.
Salah satu anak Guru Tatea Bulan
yang paling memiliki kesaktian adalah Raja Uti. Konon pada abad
pertengahan, Raja Uti berhasil menguasai Tanah Batak dan wilayah Barus,
Sumatra. Itu berlangsung sebelum kerajaan Islam berkuasa di sana. Tak
mengherankan, bila Raja Uti saat itu dianggap sebagai reinkarnasi dari
Tuhan atau yang lazim disebut Mulajadi Nabolon.
Sebagian orang
Batak percaya bahwa Raja Uti sering singgah di lokasi yang bernama Batu
Sawan. Di Batu Sawan-lah diduga mengalir air yang sering dijadikan
pemandian dan ritual kepercayaan adat Batak. Orang Batak yang tinggal di
daerah itu menyebutnya sebagai air berkah. Rangkaian ziarah ini
dilakukan sebagian orang Batak, sebelum mereka melaksanakan ritual Tatea
Bulan.
Menjelang upacara Tatea Bulan, aktivitas warga di Pasar
Pagi Limbong, Desa Siputidai, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten
Samosir, berjalan seperti hari-hari sebelumnya. Amani Marna Limbong,
seorang pambuhai atau tetua dalam acara adat Tatea Bulan pun menjalankan
rutinitas sebagai petugas retribusi di pasar seperti biasa.
Pak
Marna, demikian penduduk desa adat tersebut menyapa dirinya. Kendati
cukup terpandang, lelaki berperawakan sedang itu tetap berusaha mencari
nafkah bagi diri dan keluarganya. Sehari-hari dia bisa mengantongi uang
sekitar Rp 20 ribu hingga Rp 30 ribu.
Walaupun sudah enam tahun
berperan sebagai pambuhai, Pak Marna tetap bergaul dengan warga biasa.
Ia memang tak tinggi hati meski memiliki status sosial di atas sebagian
besar penduduk. Dan, setelah menyelesaikan tugasnya di pasar, Pak Marna
pun bergegas pulang ke rumah.
Sesampai di kediamannya, dia segera
mempersiapkan alat-alat untuk upacara Tatea Bulan. Sementara di dalam
rumah, istri dan keluarga Pak Marna pun menyiapkan tali sulaman. Tali
ini dinamakan bonang manalu, berfungsi untuk mengikat batu ajimat pada
saat upacara nanti.
Kendati demikian, ada beberapa hal yang harus
dilakukan Pak Marna sebelum memimpin upacara. Ia pun kemudian
mengenakan pakaian pambuhai. Tak lupa, sebuah pengiring atau ikat kepala
dikenakannya. Pak Marna percaya, melalui pengiring, sang leluhur akan
menuntun dan melindungi jiwa seseorang. Pria berusia 60 tahun ini tampak
agung dalam pakaian sakralnya.
Pak Marna kemudian menyiapkan
daun tujuh rupa. Antara lain sipilit, ropu, sirih, silinjuang,
alum-alum, dan siritak. Sesajian dedaunan ini dipercaya dapat membuat
upacara Tatea Bulan berlangsung dengan baik dan jauh dari godaan dan
gangguan. Setiap daun dianggap memiliki kekuatan. Sipilit, misalnya,
digunakan untuk menjauhkan diri dari amarah. Sedangkan ropu atau rotan
sebagai perlambang perekat atau kesatuan untuk menghindarkan warga dari
perpecahan.
Tak ketinggalan daun sirih. Inilah yang paling sering
digunakan oleh orang Batak untuk menghaturkan penghormatan kepada Tuhan
Mulajadi Nabolon. Adapun sirih dan jeruk purut diyakini sebagai syarat
perwujudan doa agar permohonan mereka dapat dikabulkan oleh Mulajadi
Nabolon.
Sudah enam tahun terakhir, Pak Marna berdoa dengan
ritual tersebut. Melalui sesajen yang dibuat itulah, Pak Marna
menghaturkan kebaikan dan menjauhkan hal yang negatif saat upacara Tatea
Bulan akan dilaksanakan. Tak lupa, Pak Marna menyiapkan pelengkap utama
dalam upacara Tatea Bulan, yakni Tombak Jurung Buhit. Tombak dari sang
pambuhai itu adalah pamungkas bagi upacara sakral tersebut. Tombak ini
nantinya digunakan untuk mengurbankan seekor kerbau sebagai perwujudan
korban bagi Mulajadi Nabolon.
Saat yang ditunggu tiba, upacara
Tatea Bulan pun digelar. Di tengah terik matahari, warga berkumpul untuk
mengikuti upacara Tatea Bulan. Lokasi pertemuan itu bernama Batu Hobon,
sebuah tempat suci yang diyakini sebagian orang Batak sebagai tempat
harta kekayaan dari Guru Tatea Bulan.
Setiap tahun, warga Batak
yang menghormati leluhurnya tersebut mendatangi batu persembahan itu.
Tentunya, sembari membawa bekal sesajian. Para peziarah tak lupa membawa
sirih, telur, dan jeruk purut. Seluruh sesajen itu dihaturkan di tengah
Batu Hobon.
Konon, makna telur sebagai tanda kesuburan dan cikal
bakal penerus bagi generasi selanjutnya. Sedangkan sirih merupakan
tanda penghormatan dan penghaturan doa kepada Guru Tatea Bulan. Mereka
meletakkan keranjang berisi hasil tani di atas Batu Hobon, sambil
memohon permintaan agar hasil panen selalu diberkahi sang leluhur.
Dalam
upacara Tatea Bulan ini dipersembahkan pula seekor kerbau. Para pemuka
adat di Tanah Batak Toba mempercayai kerbau sebagai hewan kurban
persembahkan bagi Mulajadi Nabolon atau Tuhan. Setelah dihias dengan
hiasan lambe atau janur kuning dari daun pohon nira, kerbau itu
dipindahkan ke borotan. Borotan adalah kayu tambatan sebagai pusat
pelaksanaan upacara.
Pak Marna pun tiba di Batu Hobon dengan
tombak pambuhainya. Tombak tradisional Jurung Buhit ini adalah warisan
leluhur dan telah diberikan ropu atau simbol kekerabatan. Tombak
Pambuhai segera ditegakkan menjurus ke langit, seakan menyebar mantra
untuk menghindari pengaruh buruk.
Diiringi musik pargondang, para
pendoa mulai menari dan melangkah kecil untuk mengitari borotan. Tarian
ini dinamakan Tor Tor Mangliat. Gerakannya dipercaya sebagai bentuk doa
dan rasa syukur. Dalam upacara ini, terkadang para peserta kerasukan.
Dalam keadaan tak sadar, mereka memakan telur dan jeruk persembahan. Ini
menandakan bahwa Raja Uti, anak dari Tatea Bulan, ikut menghadiri
upacara.
Setelah proses pembuktian akan kehadiran leluhur mereka,
sang pambuhai segera menarikan Gondang Tatea Bulan. Pak Marna menari
dengan lincah dan gesit mengikuti tabuhan gendang, berputar mengelilingi
delapan penjuru mata angin. Gerakan tarian ini diyakini sebagai
penghaturan pembuka agar doa dan permintaan anak cucu Tatea Bulan dapat
terkabul.
Pambuhai pun merapalkan mantra dan mengelilingi borotan
sebanyak tiga kali. Saat tarian pambuhai tengah ditabuhkan ke delapan
penjuru, Tombak Jurung Buhit menjadi pamungkas persembahan bagi para
leluhur Tanah Batak.
Pambuhai memiliki kewajiban menusukkan
tombak sebanyak tiga kali ke arah kerbau. Ketiga hunusan terkait dengan
Dalihan Na Tolu atau bentuk tali kekerabatan di dalam marga Batak.
Setiap hunusan merupakan ungkapan permintaan terhadap leluhur dan Tuhan
Mulajadi Nabolon. Terutama agar memberikan keselamatan, kesejahteraan,
dan perlindungan abadi bagi seluruh keturunan orang Batak.
KEMBALINYA KANJENG RATU NYI RORO KIDUL – BIDING LAUT
Setelah
begitu lama menjadi penguasa pantai selatan akhirnya Kanjeng Ratu Nyi
Roro Kidul diketahui dari mana asal muasalnya. Ternyata Kanjeng Ratu Nyi
Roro Kidul adalah Biding Laut Putri Stilting dari Guru Tatea
Bulan/Sibaso Bolon, hilangnya Biding Laut begini ceritanya;
Ketika
terjadi skandal cinta antara Saribu Raja dengan Boru Pareme kedua
adeknya Limbong Mulana dan Sagala Raja bersekutu untuk membunuh Saribu
Raja karena dianggap telah membuat aib keluarga, kemudian Lau Raja
segera memberitahukan serta menyuruh Saribu Raja agar pergi dari kampung
halamannya. Mendengar berita dari adeknya bahwa Saribu Raja pergi
meninggalkan kampung halamannya sedangkan Boru pareme bersembunyi ke
hutan.
Sebelum berangkat Saribu Raja berpesan pada kakaknya
Biding Laut agar menjaga dan membina adik-adik mereka semua. Katanya
“seharusnya saya yang bertanggung jawab kak, untuk menjaga dan membina
adek-adek kita tapi saya telah gagal dan akan pergi meninggalkan kampung
halaman kita. Kakak tidak perlu mencari saya, permintaan saya kakak
menjaga, memelihara, mengayomi adek-adek kita serta menjaga keutuhan
nama besar keluarga kita”.
Dengan berlinang airmata Biding Laut
bertanya, adikku kemana gerangan kamu pergi? kamu adikku juga, saya yang
seharusnya menjaga kamu dari segala bahaya, apalagi yang berniat
membunuhmu adalah adik kita, kamu tidak perlu takut, tinggallah disini,
kita selesaikan permasalahanmu secara kekeluargaan. Namun tekad dan
pendirian Saribu Raja sudah bulat untuk pergi.
Dia berpesan
kepada Biding Laut dia akan ke Barat dan tidak perlu mencarinya. Sebagai
anak sulung Biding Laut berpikir harus mencari adiknya dan
mempersatukan kembali adik-adiknya. Biding Laut bertekad harus menemukan
Saribu Raja agar terhindar dari pembunuhan adiknya. Biding Laut
mengambil keputusan berangkat mencari adiknya Saribu Raja ke arah Barat.
Pencarianpun mulai dilakukan Biding Laut sesuai yang dikatakan adiknya
bahwa dia berangkat ke arah Barat. Biding Laut pun menelusuri jalan
kearah Barat, karena sangat sayang terhadap adiknya, Biding Laut tidak
mengenal siang dan malam bahkan terhadap hujan dan panas serta teriknya
matahari tetap dilaluluinya. Meski telah menyusuri lembah, menyeberangi
sungai, mendaki gunung namun Biding Laut tidak menemukan adiknya. Dalam
benaknya dia bertanya apakah adiknya masih hidup atau adiknya sengaja
membohingi dirinya dengan mengatakan dia pergi ke Barat padahal ke
Timur!
Tanpa sadar Biding Laut sampai di sebuah desa ditepi
pantai tempat sandar nelayan penangkap ikan, dengan penuh harapan dia
bertanya pada seorang nelayan apakah pernah melihat seorang asing lewat
atau tinggal di desa itu. Setiap orang yang ditanya Biding Laut selalu
menjawab bahwa mereka tidak pernah ada yang melihat adiknya.
Dengan
perasaan kesal dan kecewa memikirkan sang adik akhirnya Biding Laut
beristirahat ditepi pantai untuk melepas rasa penat dan lelah. Dari
pinggir pantai Biding Laut melihat sebuah pulau timbul pikirannya jangan
jangan adikku bersembunyi disana, lalu dia bertanya kepada seorang
nelayan, pak nama pulau itu apa? Sang nelayan menjawab, pulau mursala,
lalu Biding Laut meminta pak nelayan untuk mengantarnya ke pulau
tersebut. Setelah sampai dipulau itu, dia mencari disetiap pelosok pulau
namun tidak menemukan adiknya Saribu Raja, biding laut berteriak-teriak
memanggil nama adiknya dipulau itu namun tidak ada jawaban.
Sambil
merenungkan kira-kira kemana lagi dia harus mencari adiknya, Biding
Laut bersandar pada sebuah pohon sambil menikmati sejuknya anginyang
berhembus membuat rasa kantuk tidak tertahankan tanpa sadar dia
tertidur. Tanpa sepengetahuan Biding Laut ternyata dari seberang, ada
seorang pemuda yang membuntutinya, pemuda itu kagum melihat keberanian
Biding Laut dan kelembutan serta wajahnya yang cantik. Timbullah hasrat
si pemuda itu untuk mendapatkan Biding Laut. Pemuda itu menghampiri
Biding Laut yang tertidur pulas serta membangunkannya, pemuda itu
menawarkan jasa untuk mengantarkan Biding Laut keseberang. Sambil
berjalan Biding Laut bertanya kepada pemuda itu apakah pernah bertemu
atau melihat orang asing karena saya sedang mencari adik saya Saribu
Raja. Mengapa kamu mencari orang yang tidak tahu dimana dia berada
kepada saya kata pemuda itu. Saya tidak pernah melihat ataupun mendengar
Saribu Raja adikmu dan kalaupun saya pernah melihat atau mendengar saya
tidak akan memberitahukannya sebab kamu anggun dan cantik jadi kamu
lebih pantas menjadi istri saya, kata pemuda itu merayu. Mendengar
jawaban pemuda itu Biding Laut naik pitam dan mengusir pemuda itu.
Pemuda itupun pulang ke desanya dengan membawa dendam dihati.
Keesokan
harinya pemuda itu memberitahukan kepada temannya bahwa ia ditantang
dan dipermalukan oleh seorang gadis yang cantik dan sakti. Mendengar
pengaduan pemuda itu teman-temannya marah serta mengajak pemuda itu
menunjukkan dimana tempatnya dan berangkatlah mereka ke pulau mursala.
Tanpa banyak tanya, anak-anak muda tersebut mengeroyok Biding Laut yang
sedang santai menikmati segarnya udara pagi. Tangan dan kakinya diikat,
ditelanjangi lalu diperkosa secara bergantian sampai Biding Laut tidak
sadarkan diri lalu dibunuh dan mayatnya dibuang ke laut. Dia pasrah
bahwa kematian akan datang, jasadnya boleh mati tetapi Roh kesaktiannya
harus tetap hidup, sebab tugas belum terlaksana adiknya Saribu Raja
harus ditemukan dimanapun dia berada.
Setelah lama mencari
kakaknya yang hilang akhirnya Nantinjo mengetahui dimana keberadaan sang
kakak lalu Nantinjo mengajak sorangannya nai Hotni dan panuturi beserta
rombongan untuk menemui penguasa alam gaib ke pangandaran. Sesampai
dipangandaran Nantinjo berbincang-bincang dengan Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul sebagai penguasa alam gaib adapun hasil perbincangan mereka ( Nan =
Nantinjo, Nyi = Nyi Roro Kidul).
Nan ; Terimakasih saya ucapkan
atas kesediaanmu menerima saya sebagai tamu, meskipun saya belum tahu
siapa kamu yang sebenarnya tapi kamu telah membantu saya dua kali dalam
tugas saya. Sekarang saya ingin mengetahui siapakah kamu sebenarnya?
Siapa nama saudara kamu yang hilang?
Nyi ; Terima kasih atas
kujungan kamu, kita memang sudah dua kali bertemu dan dengan ikhlas saya
membantu sesuai dengan permintaanmu. Sayalah penguasa diseluruh pantai
selatan, nama saya Nyi Roro Kidul. Kalau kamu bersedia membantu saya
mencari dan mempertemukan dengan adikku Saribu Raja, Saya sangat
berterima kasih katanya sambil menangis karena mengingat adiknya yang
belum ditemukannya.
Nan ; Kalau demikian kamu adalah kakakku
biding laut yang juga tidak diketahui dimana keberadaannya, hilang pada
saat mencari abang Saribu Raja, saya adalah adikmu nantinjo yang paling
bungsu dari sepuluh kita bersaudara. Tolong kamu ingat dulu barang kali
kakak lupa akan masa kecil kita, Saribu Raja yang kakak cari abang saya
juga,
Mendengar keterangan Nantinjo, Biding Lautpun memeluk
adiknya sambil menangis melepas kerinduan yang sangat dalam, dan
Nantinjo berjanjiakan berusaha secepatnya mempertemukan mereka.
Nyi
; Nama kecil saya memang Biding Laut namun saya sendiri sudah lupa
bagaimana ceritanya sehingga disini saya disembah dan disebut Kanjeng
Ratu Nyi Roro Kidul. Kalian boleh menyebut nama saya Biding Laut jikalau
saya sudah menemukan adik saya Saribu Raja. Ini sudah merupakan janji
terhadap diri saya karena saya merasa hanya Saribu Rajalah saudaraku,
karena dialah saya jadi begini.
Setelah Nantinjo mempertemukan
Biding Laut dengan Saribu Raja, Nantinjopun mengajak Biding Laut kembali
ke keluarga namun Biding Laut meminta kepada nantinjo bahwa ia harus
dijemput dari tempatnya di Parangtritis Yogyakarta. Dan yang terpenting,
keturunan adiknya Saribu Raja yang harus menjemputnya. Permintaan
Biding Laut disanggupi, lalu Namboru Nantinjo mengumpulkan satu team
untuk menjemput Namboru Biding Laut ke Parangtritis, satu minggu sebelum
berangkat Namboru Nantinjo memberikan pengarahan kepada team dan
berpesan agar tidak menganggap enteng pekerjaan tersebut. Karena
pekerjaan ini sangat berat mengingat banyaknya pengikut namboru Biding
Laut yang tidak mau melepaskan dia kembali ke Raja Batak.
Pada
Tanggal 1 Maret 2004 team dikumpulkan Namboru Nantinjo dirumah
hasorangannya di cianjur. Sebelum berangkat, namboru memberikan nasehat
serta menekankan untuk berhati-hati dan jangan anggap remeh, namboru
juga meminta Oppung Raja Gumeleng-Geleng membantu. Oppung menyarankan
kepada namboru agar memberikan sebutir telur kepada setiap orang yang
ikut dalam team. Malam itu pun Oppung langsung menuju ke Parangtritis
untuk mengamankan perjalanan team. Malam jam 20.00 WIB rombongan team
dengan tiga mobil kijang berangkat menuju parangtritis bersama nai Hotni
serta namboru Nantinjo.
Keesokan harinya team sampai di
parangtritis dan langsung menuju pantai. Disana team mencoba melepas
lelah sambil bermain di pantai, setelah lama mencari, team bertanya
kepada penduduk kampung dimana tempat bersemanyamnya Nyi Roro Kidul.
Tanya punya Tanya akhirnya team menemukan jalan menuju ketempat Namboru
Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Melihat jalan yang begitu sukar
dilalui mobil, team tersebut sempat ragu namun nai Hotni mengatakan
bahwa dia sudah pernah bermimpi bahwa tempat namboru Biding Laut adanya
di gua dibawah bukit. Walaupun amat sukarnya jalan yang harus dilalui,
team bersepakat untuk melanjutkan perjalanan sampai mereka dapat
menemukan tempat namboru Kanjeng Ratu Nyi RoroKidul Biding Laut dan
membawanya pulang kembali.
Sesampai dipuncak bukit team menemukan
beberapa rumah, dan ternyata kendaraan hanya boleh sampai dikampung
tersebut. Team bertanya kepada orang yang ada disekitar kampung ternyata
adanya tempat yang mereka cari berada dikaki bukit tersebut. Sebagai
penunjuk jalan team minta tolong kepada orang kampung untuk mengantarkan
mereka ke kaki bukit. Pada waktu akan menuruni lembah, sebahagian team
merasa kecut mengingat terjalnya jalan yangharus ditempuh. Ternyata
sebelum turun ada “tempat permisi” disiapkan namboru Kanjeng Ratu Nyi
Roro Kidul Biding Laut. Kemudian team mengusulkan agar nai Hotni beserta
team agar meminta pertolongan kepadanamboru dan Oppung. Setelah selesai
team berembuk serta saling mengingatkan satu sama lain jikalau ada yang
merasa tidak mampu menuruni lembah agartidak memaksakan diri untuk
ikut. Ada tiga orang yang tidak ikut dan menunggu diatas karena mereka
merasa tidak akan mampu menempuh jalan tersebut. Kemudian team yang
tersisa mulai menuruni lembah dengan sangat hati-hati karena curamnya
jalan menuju ketempat namboru. Waktu yang ditempuh tersebut untuk menuju
kebawah ternyata memakan waktu lebih dari satu jam.
Sesampai
dibawah, team merasa kaget dan kagum melihat indahnya tempat namboru
Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Sipenunjuk jalan kemudian
memperkenalkan team dengan kuncen yang ada disana. Setelah beristirahat
sejenak, team lalu mengajak kuncen menuju gua tempat namboru.Sebelum
masuk sang kuncen mengingatkan agar team berhati-hati, dan ternyata
memang jalan kedalam menuju gua tersebut harus merunduk sebab banyak
bebatuan yang menonjol. Jika tidak berhati-hati kepala bisa bonyok
terantuk batu. Maklumlah yang ada hanya lilin dan senter seadaya yang
dapat dijadikan sebagai penerangan, sementara gua tempat namboru sangat
gelap. Suasana didalam gua sangat hening. Team sangat terharu manakala
dapat menemukan tempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut.
Setelah
membakar kemenyan kuncen mulai berdoa dan menyarankan agar team berdoa
menurut keyakinan masing-masing. Team juga diingatkan jangan lupa
meminta apa yang dikehendaki mereka, kemudian masing-masing mereka
berdoa. Selesai berdoa nai Hotni sudah mulai gelisah ketika akan naik
ketempat orang meletakkan kembang. Kemudian nai Hotni meminta selendang
namboru dari ama nihotni. Tidak lama kemudian namboru biding laut datang
dengan menumpang ke tubuh nai Hotni namboru mengucapkan “Horas
Pomparanku” yang membuat semua team menjadi menangis, lalu namboru
bercerita betapa menderitanya dia dahulu. Inilah tempatku mencari ilmu
ujar namboru kepada team kemudian namboru meminta team untuk mendekat
kepadanya, satu persatu team diusap dengan air serta kembang yang ada
disana. Namboru juga membagikan kembang dari air yang ada. Melihat
kejadian tersebut sang kuncen pun bingung, team bertanya kepada sang
kuncen apakah itu benar Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul? sang kuncen
menjawab ya itu Ibu Ratu.
Setelah selesai acara didalam gua
namboru pamit dan berjanji akan melanjutkan pembicaraan kembali diluar
gua. Team beserta kuncen keluar dari dalam gua, team tidak dapat
menggambarkan rasa bahagia yang bercampur haru saat keluar dari gua.
Team
beristirahat kurang lebih satu jam untuk kemudian melanjutkan tugas
kembali memanggil namboru Nantinjo diluar gua. Nai Hotni merasa cemas
dengan orang yang sedang bertapa ditempat namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul Biding Laut, takut-takut mereka tidak dapat menerima kehadiran
team. Team menganjurkan agar nai Hotni tenang dan berusaha kembali untuk
memanggil namboru Nantinjo. Nai hotnipun memanggil namboru nantinjo
lalu team mengucapkan terima kasih terlebih dahulu kepada namboru sambil
bersenda gurau. Team juga meminta kepada namboru Nantinjo untuk
memanggil kembali namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebab
pembicaraan didalam gua belum selesai.
Kemudian namboru Nantinjo
memanggil namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut, setelah
namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut datang, namboru
berbicara dengan bahasa batak dan kemudian mereka berbincang-bincang
dengan namboru. namboru meminta mereka agar mengumpulkan keturunannya
yang ada disana, team pun memanggil orangorang yang ada disekitar itu
untuk berkumpul, dan yang anehnya namboru duduk diatas tapi kalu
berbicara dengan team namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut
duduk ditikar namboru Nantinjo. Puas sudah perasaan team untuk
berbincang-bincang, akhirnya mereka meminta namboru ikut bersama team
kembali ke Raja Batak. Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut
menyetujui permintaan team lalu namboru mengingatkan, karena ternyata
team sampai tidak menyadari bahwa hari mulai gelap.
Menyadari
kalau sudah malam dan tidak memungkinkan lagi untuk naik keatas kemudian
team mengucapkan terima kasih dan meminta bantuan kepada namboru agar
dilindungi dalam perjalanan pulang. namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul
Biding Laut pun pergi, tinggallah team bersama namboru Nantinjo. Setelah
berbincang dengan namboru team pamit kepada kuncen serta orang yang
sedang bertapa ditempat namboru, mereka mengucapkan terima kasih kepada
team karena mereka dapat bertemu dengan Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul
Biding Laut. Setelah istrahat untuk melepaskan lelah, malam itu juga
rombongan team kembali ke cianjur.
Tiba di cianjur team memanggil
namboru Nantinjo dan mengucapkan terima kasih karena team telah selamat
melaksanakan misi menjemput namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding
Laut mulai dari berangkat sampai kembali ke rumah nai hotni. Lalu team
bertanya pada namboru Nantinjo apakah namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul Biding Laut akan ikut juga beserta rombongan pulang, namboru
Nantinjo menjawab ikut. Team bertanya kepada namboru Nantinjo langkah
apa yang harus dilakukan team selanjutnya? lalu namboru menyarankan
bahwa mereka harus memberikan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding
Laut ulos sibolang, ikan batak (Ihan) serta nasi tumpeng, yaitu
mengadakan ritual yang sering kalian lakukan terhadap saya ujar namboru
dan harus hal itu haruslah dihadiri semua perwakilan keturunan ibotonya.
Team meminta namboru untuk memanggil namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul Biding Laut kembali, setelah namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul
Biding Laut datang, saat itu mereka berbincang dengan bahasa batak. Team
mengucapkan terima kasih karena perjalanan team sukses serta selamat
sampai kembali ke cianjur, team juga sangat berterima kasih karena
namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut mau kembali ke Si Raja
Batak.
Namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut mengatakan
begitulah dulu susahnya namborumu ini dan kalian harus mengalami
sebahagian yang saya alami. Setelah puas ngobrol dengan namboru Kanjeng
Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut, namboru Nantinjo datang lagi? dan saat
itu team bertanya kapan harus dilaksanakan upacara ritual kepada namboru
Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebagai tanda bahwa namboru itu
telah kembali ke Raja Batak?, kapan waktu kalian bisa ujar namboru?
diakhir pertemuan namboru Nantinjo mengingatkan team untuk menyayangi
namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut seperti halnya
menyayangi saya serta jangan lupa ceritakan ini kepada semua orang.
Akhirnya teampun berunding malam itu kapan dilaksanakan upacara ritual
kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul
Biding Laut lalu team
sepakat untuk mengadakan upacara ritual kepada namboru Tanggal 4 Mei
2004, pada tanggal tersebut sesuai kesepakatan diadakan upacara ritual
kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut sebagi tanda
namboru itu kembali ke Keturunan Raja Batak. Setelah keperluan untuk
ritual sudah lengkap keturunan iboto namboru Nantinjo dan Kanjeng Ratu
Nyi Roro Kidul Biding Laut menyarankan agar memanggil namboru Nantinjo
terlebih dahulu untuk mempertanyakan bagaimana cara menyampaikan ulos
serta makanan yang telah tersedia kepada namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul Biding Laut. Namborupun memberikan petunjuk kepada seluruh
keturunan ibotonya, setelah itu namboru pergi. Setengah jam setelah
namboru pergi nai Hotni sepertinya kesurupan, yang hadir pada saat itu
kaget karena tidak tahu apa yang terjadi, namun panuturi (penterjemah)
ama nihotni mengatakan bahwa namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding
Laut akan datang.
Pada saat itu barulah mereka semua mengerti,
namun tingkah nai Hotni semakin aneh dan akhirnya namboru Kanjeng Ratu
Nyi Roro Kidul Biding Laut datang. Satu persatu keturunan ibotonya
mengucapkan sepatah dua kata kepada namboru sebagai perwakilan serta
mengucapkan terima kasih atas bersedianya namboru kembali ke Si Raja
Batak. Setelah selesai, keturunan ibotonya menyerahkan pakaian kebesaran
namboru serta selendang dan dilanjutkandengan memberikan namboru makan
ihan.
Awalnya namboru tidak mau, bahkan namboru bercanda apa ini?
dalam bahasa sunda. Semua yang hadir menjawab makanan khas batak
namboru. Bagaimana caranya makan ini? Kemudian namboru pun memakannya
sedikit. Mereka yang hadirpun sampai lupa meletakkan nasi tumpeng di
hadapan namboru. Setelah diletakkan didepan namboru, dengan bercanda
namboru mengatakan nah ini baru makanan saya. Semua yang hadir tersenyum
simpul melihat tingkah namboru. Ya wajar saja namboru melakukan hal
tersebut karena baru pertama kali bertemu dengan keturunan ibotonya.
Namboru
Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut bercerita pahit getirnya
perjalanan hidupnya sampai menemui ajal serta menjadi Roh. Roh namboru
juga telah pernah pulang ke kampung halaman namun betapa kecewanya
namboru sebab namboru sudah tidak diakui bahkan yang tertua keturunan
Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon sudah menjadi Boru Pareme. Akhirnya
namboru kembali lagi keperantaun. Kemudian namboru bertanya kepada yang
hadir apakah mereka bersedia untuk memperbaiki hal tersebut? Semua
keturunan ibotonya menyanggupi.
Kemudian keturunan ibotonya
bertanya apalagi yang harus dilaksanakan selanjutnya setelah namboru
kembali? Namboru menjawab, “sayangi saya dan rawat sebagai namborumu dan
namboru meminta kalau keturunan ibotonya bersedia untuk mengadakan
gondang sebab saya ingin menari” canda namboru. Keturunan ibotonya
bertanya kapan itu harus dilaksanakan? Kapan waktunya dilaksanakan
terserah kalian, yang penting kalian bersedia. Selanjunya kalian tanya
saja sama adikku Nantinjo. Baiklah namboru kata mereka semua. Jikalau
begitu nanti kami akan rundingkan dengan namboru Nantinjo jawab
keturunan ibotonya. Sebelum namboru pulang namboru berpesan agar semua
yang hadir menceritakan ke khalayak ramai bahwa Kanjeng Ratu Nyi Roro
Kidul Biding Laut adalah Boru Si Raja Batak, lalu namboru pulang.
Kemudian
namboru Nantinjo datang dan bertanya bagaimana anak ni ibotoku
(keturunan abangku) apa kata kakak saya? lalu seorang utusan mengucapkan
terima kasih atas perjuangan namboru Nantinjo untuk mengembalikan
namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut serta memberikan
kenang-kenangan atas usaha namboru berupa pakaian kebesaran beserta
sebuah ulos sibolang, sama dengan yang diberikan kepada namboru Kanjeng
Ratu Nyi Roro Kidul Biding Laut. Bahkan ada salah seorang
keturunanibotonya memberikan saputangan kepada namboru. Namboru juga
mengucapkan terima kasih kepada semua yang hadir atas perhatian serta
kasih sayangnyaterhadap namboru. Kemudian bagaimana tadi pembicaraan
kalian dengan kakakku? yang hadir menjawab bahwa namboru Kanjeng Ratu
Nyi Roro Kidul Biding Laut sangat senang dan namboru meminta kalau boleh
keturunan ibotonya harus mengadakan gondang untuk namboru Kanjeng Ratu
Nyi RoroKidul Biding Laut.
Selanjutnya kami diminta berunding
dengan namboru, kami hanya tinggal menunggu petunjuk dari namboru kapan
akan dilaksanakan gondang tersebut.Kalau begitu saya tanya dulu kakak
saya, setelah itu baru kita bahas kembali mengenai hal itu jawab
namboru. Setelah itu namboru pulang. Team yang dulunya diutus namboru
Nantinjo untuk menjemput namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding laut
dipanggil namboru untuk mengabarkan keinginan namboru Kanjeng Ratu Nyi
Roro Kidul Biding Laut. Keinginan kakakku sebenarnya acara gondang itu
dilaksanakan secepatnya tapi saya meminta kepada kakakku tiga atau empat
bulan lagi dikarenakan adanya pekerjaan saya yang sangat berat kata
namboru. Namborupun bertanya apakah kalian siap untuk mengadakan gondang
tiga empat bulan lagi? Ya akan kami berusaha semaksimal mungkin
namboru, jawab team. Dan mereka juga meminta agar kiranya namboru juga
membantu agar gondang tersebut dapat terlaksana.
Tanggal 14 Juli
2004 namboru Nantinjo mengundang team dan namboru mengeluarkan uneg-uneg
yang ada dalam hatinya. Pada saat itu namboru berkeluh kesah tentang
Pulau Malau, apakah kalian (team) tidak dapat membantu saya untuk
mengembalikan pulau malau? sebab saya melihat ada sekelompok malau yang
mau mencoba mengembalikan pulau malau tanpa saya. Kemudian team
menjawab, namborukan dapat menghalangi mereka dengan kesaktiannamboru.
Namboru mengatakan bahwa sudah selama tiga tahun namboru
menghalang-halangi rencana kelompok tersebut sampai kapan aku
menghalangi?
Bahkan saya telah membuat kehidupan mereka semerawut
(ruddut) tetapi tetap saja mereka tidak sadar. Mendengar itu team
merasa bingung juga, team melihat ada rasa iba terhadap kelompok
tersebut, sepertinya namboru menginginkan agar team berusaha meloby
kelompok tersebut untuk tidak memaksakan kehendak mereka. Keinginan
namboru jikalau niat mereka baik, kenapa dia tidak diajak sebagai
pemilik pulau malau. Team pun berjanji kepada namboru akan berusaha
semampunya untuk membantu namboru mengembalikan pulau malau sesuai
petunjuk namboru. Team juga bertanya kapan akan dilaksanakan
pengembalian pulau malau? namboru menjawab nanti saya beritahukan, saya
akan memanggil kalian lagi kalau waktunya sudah tepat. Kemudian team
bertanya kira-kira permintaan namboru Kanjeng Ratu Nyi Roro Kidul Biding
Laut membuat gondang (margondang) kapan namboru menjawab kira-kira tiga
atau empat bulan lagi usai itu namboru pulang.
Team mengambil
kesimpulan sebelum kembali pulau malau namboru tidak akan pernah tenang.
Bahkan siapapun yang berusaha menghalangi ketulusan hati namboru
meskipun itu keturunan abangnya akan diberikan ganjaran. Untuk itu team
mengajak seluruh pembaca keturunan Oppung Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon
untuk mendukung seluruh rencana mulia namboru, mengingat masih banyak
rencana namboru seperti:
1. Margondang tiga atau empat bulan lagi merayakan kembalinya namboru Biding Laut
2. MengembalikanPulauMalau
3. Membangun sopo sebagai pertanda di Parik Sabungan
4. Mempersatukan semua keturunan Oppung Guru Tatea Bulan/Sibaso Bolon
Akhir kata team mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
semua pihak yang turut membantu secara moril maupun materil guna
terwujudnya pembuatan buku ini. Team menghimbau dan mengajak seluruh
pembaca ataupun keturunan Guru Tatea Bulan/SiBaso Bolon untuk menjaga
nilai-nilai sejarah serta menghormati leluhur.
Semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua beserta keturunan kita dikemudian hari.